KULIAH PRAGMATIK
PASCASARJANA UNESA 2014
Prinsip
Kesopanan dan Ketidaksopanan
v Kesopanan
Ø Pengertian
Kesopanan
Fraser dalam Gunarwan (1994) mendefinisikan kesopanan adalah
“property associated with neither exceeded any right nor failed to fullfill any
obligation”. Dengan kata lain kesopanan adalah properti yang diasosiasikan
dengan ujaran dan di dalam hal ini menurut pendapat si pendengar, si penutur
tidak melampaui hak-haknya atau tidak mengingkari memenuhi kewajibannya.
Kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas, seperti gagasan ‘tingkah laku
sosial yang sopan’ atau etiket, terdapat dalam budaya. Juga dimungkinkan
menentukan sejumlah prinsip-prinsip umum yang berbeda untuk menjadi sopan dalam
interaksi sosial dalam suatu budaya khusus. Sebagian dari prinsip-prinsip umum
ini termasuk sifat bijaksana, pemurah, rendah hati, dan simpatik terhadap orang
lain. (Yule, 2006: 104). Sedangkan menurut (Brown dan Levinson (1987)
adalah setiap tindakan dapat mengancam muka petutur maupun penutur.
Ibrahim
(1993: 323) menyatakan konsep kesopanan yang kedua
ini merupakan konsep yang memiliki validitas antar kebudayaan dan konsep ini
berhubungan dengan ekspresi rakyat “kehilangan muka” yang berarti ‘terhina’.
Kesopanan dalam suatu interaksi dapat
didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang
wajah orang lain. Dalam pengertian ini, kesopanan dapat disempurnakan dalam
situasi kejauhan dan kedekatan sosial (Yule,
2006: 104)
Leech
(2011 : 206) menyatakan sopan santun berkenaan
dengan hubungan antara dua pemeran serta yang boleh kita namakan diri dan lain.
(1) A.
Excuse me, Mr. Buckingham, but can i talk to you for a minute?
(Maaf
Pak Buckingham, dapatkah saya bicara dengan bapak sebentar?)
B. Hey, Bucky, got a minute?
(Hai,
Bucky, ada waktu sebentar?)
v Maksim-Maksim
Ø Pengertian Maksim
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di
dalam interaksi lingual; kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan
bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan
tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan
prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.
1. Maksim Kearifan (Tact Maxim) (dalam
ilokusi-ilokusi impositif dan komisif)
(a)
Buatlah kerugian orang lain sekecil
mungkin
(b)
Buatlah keuntungan orang lain sebesar
mungkin (Leech diterjemahkan oleh Oka, 2011: 206).
Contoh
:
(2)
Could i borrow this elestric drill?
(Dapatkah saya
pinjam bor listrik ini?)
(3)
I wouldn’t mind a cup of coffee
(Saya tidak
menolak bila saya diberi secangkir kopi)
(4)
You could borrow my bicycle, if you like
(kamu dapat
pinjam sepeda saya, kalau mau)
(cf I could lend you my bicycle, if you
like)
[bandingkan saya dapat meminjamkan sepeda
saya kepadamu, kalau mau]
(5)
Would you like these pencils sharpened?
(Kamu
ingin pensil ini diasah?)
(cf Would you like me to sharpen these
pencils?)
[bandingkan Kamu ingin pensil ini saya
asah?]
2. Maksim Kedermawanan atau Kemurahan
atau Penerimaan (Generosity Maxim)
(dalam ilokusi-ilokusi impositif dan komisif).
(a)
Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil
mungkin
(b)
Buatlah kerugian diri sendiri sebesar
mungkin (Leech diterjemahkan oleh Oka, 2011: 206).
Contoh
:
(6)
+You
can lend me your car (+tidak sopan)
(kamu dapat
meminjamkan mobilmu pada saya)
(7)
I can lend you my car
(Aku dapat
meminjamkan mobilku padamu)
(8)
You must come and have dinner with us.
(Kamu harus
datang makan malam di rumah kami)
(9)
+We
must come and have dinner with you (+tidak sopan)
(Kami
harus datang dan makan malam di tempatmu)
3. Maksim Pujian (Approbation Maxim) (dalam ilokusi-ilokusi
ekspresif dan asertif).
(a)
Kecamlah orang lain sedikit mungkin
(b)
Pujilah orang lain sebanyak mungkin
(Leech diterjemahkan oleh Oka, 2011: 207).
Contoh
:
(10)
A : Her performance was outstanding!
B : Yes wasn’t it!
(A :
Penampilannya bagus sekali!)
(B : Ya,
memang!)
4. Maksim Kesederhanaan atau
Kerendahan Hati (Modesty Maxim) (dalam
ilokusi-ilokusi ekspresif dan asertif)
(a)
Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin
(b)
Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin
(Leech
diterjemahkan oleh Oka, 2011: 207).
Contoh
:
(11)
A : They were so kind to us
B : Yes, they
were, weren’t they
(A : Mereka baik
sekali terhadap kita)
(B : Ya, betul)
(12)
A : You were so kind to us
+B
: Yes, I was, wasn’t i
(A : anda baik
sekali terhadap saya)
(+B :
Ya, betul)
(13)
(a)How stupid of me! (13b)+How
clever of me!
(Bodoh sekali
saya!) (Pandai
sekali saya!)
(14)
(a)+How stupid of you! (14b)How clever of you!
( Bodoh sekali
anda!) (Pandai
sekali anda!)
(15)
Please accept this small gift as a token
of our esteem
(Terimalah
hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami)
(16)
+
Please accept this large gift as a token of our esteem
(Terimalah
hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami)
5. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)
(dalam ilokusi asertif)
(a)
Usahakan agar ketaksepakatan antara diri
sendiri dan orang lain terjadi sesedikit mungkin
(b)
Usahakan agar kesepakatan antara diri sendiri
dengan orang lain terjadi sebanyak mungkin
(Leech
diterjemahkan oleh Oka, 2011: 207).
Contoh
:
(17)
A : It was an interesting exhibition,
wasn’t it?
B : +No,
it was very uninteresting.
(A : Pamerannya
menarik, bukan?)
(B : +Tidak,
pamerannya sangat tidak menarik)
(18)
A : A referendum will satisfy everybody
B : Yes,
definitely
(A : sebuah
referendum akan memuaskan semua orang)
(B : Ya, pasti)
(19)
A : English is a difficult language to
learn
B : True, but
the grammar is uite easy
(A : Bahasa
Inggris adalah bahasa yang sulit dipelajari)
(B : Betul,
tetapi tata bahasanya cukup mudah)
(20)
A : The book is tremendously well
written
B : Yes, well
written as a whole, but there are some rather boring patches, don’t you think?)
(A : Buku ini
ditulis dengan sangat baik)
(B : Ya, secara
keseluruhan memang baik, tetap saya rasa ada beberapa bagian yang membosankan)
6. Maksim Simpati (Sympathy Maxim )
(dalam ilokusi asertif)
(a)
Kurangilah rasa antipati antara diri
sendiri dengan orang lain hingga sekecil mungkin.
(b)
Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya
antara diri sendiri dengan orang lain (Leech diterjemahkan oleh Oka, 2011: 207).
Contoh
:
(21)
I’m terribly sorry to hear that your cat
died
(Saya sangat
menyesal mendengar bahwa kucingmu mati)
(22)
I’m terribly sorry to hear about your cat
(saya sangat menyesal mendengar tentang
kucingmu)
Ucapan selamat
(23)
I’m delighted to hear about your cat
(Saya senang sekali mendengar tentang
kucingmu)
(24)
A
: I’m delighted to hear about your cat
B : What do you mean?
He’s just died
A : Precisely
(A : Saya senang
sekali mendengar kucingmu)
(B : Apa
maksudmu? Kucing saya baru saja mati)
(A : Ya, itu
yang saya maksud)
v Skala Kesantunan Robin Lakoff
Robin
Lakoff (1973) menyatakan adanya tiga ketentuan pokok untuk dapat dipenuhinya
skala kesantuan di dalam kegiatan bertutur di dalam masyarakat. Ketiga
ketentuan itu secara berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut : (1)
skala formalitas (formality scale), (2) skala ketidaktegasan (besitancy
scale), dan (3) skala kesamaan atau kesekawanan (equality
scale). Berikut uraian dari setiap skala kesantunan tersebut satu demi
satu.
a.
Skala
formalitas (formality scale), dinyatakan bahwa agar para peserta
tutur dapat merasa benar-benar nyaman dan sungguh kerasan di dalam keseluruhan
proses kegiatan bertutur, tuturan yang digunakan tidak boleh bernada memaksa
dan tidak boleh berkesan angkuh atau congkak terhadap pihak lainnya.
b.
Skala kesantunan Robin Lakoff yang kedua, yakni skala ketidaktegasan atau
keraguan (besitancy scale) atau sering kali disebut juga
dengan pilihan (optionality scale), menunjukan bahwa agar si
penutur dan mitra tutur dapat saling merasa nyaman dan tetap kerasan di dalam
aktivitas bertutur sapa, pilihan-pilihan dalam bertutur itu harus selalu
diberikan oleh kedua belah pihak secara benar-benar memadai dan proporsional.
c.
Skala kesantunan dari Robin Lakoff yang ketiga, yakni peringkat kesekawanan
atau kesamaan, menunjukan bahwa agar dapat berciri sopan santun, orang harus
senantiasa ramah dan selalu mempertahankan persahabatan antara pihak yang satu
dengan pihak yang lainnya. Agar dapat tercapai maksud yang demikian itu,
penutur harus dapat menganggap sang mitra tutur benar-benar sebagai teman atau
sahabat bagi dirinya.
v Keinginan Wajah
Sebagai
istilah teknis, wajah merupakan wujud
pribadi seseorang dalam masyarakat. Wajah mengacu kepada makna sosial dan
emosional itu sendiri yang setiap orang memiliki dan mengharapkan orang lain
untuk mengetahui. Dalam interaksi sosial
mereka sehari-hari, orang biasanya bertingkah laku seolah-olah harapan-harapan
mereka berkenaan dengan nama baik masyarakat mereka sendiri, atau keinginan
wajah mereka akan dihormati. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang
mengandung suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan
dengan nama baiknya sendiri, pernyataan ini dideskripsikan sebagai tindak ancaman wajah. Kemungkinan lain,
jika diberikan kemungkinan bahwa sebagian tindakan itu akan digambarkan sebagai
ancaman terhadap wajah orang lain, penutur dapat mengatakan sesuatu untuk
mengurangi kemungkinan ancaman itu. Tindakan ii disebut sebagai tindak penyelamatan wajah.
Bayangkan suatu pemandangan di larut
malam, pada saat seorang tetanggga muda anda memainkan musik sangat keras dan
ada pasangan orang tua yang akan tidur. Salah satunya, dalam contoh (25)
mengemukakan suatu tindak ancaman wajah dan yang lain mengusulkan suatu tindak
penyelamatan wajah
(25)
Him : I’m going to tell him to stop that
awful noise right now.
(Saya
akan mengatakan kepadanya untuk menghentikan suara yang gaduh sekarang).
Her : Perhaps you could just ask him if
he is going to stop soon because it’s getting. A bit late and people need to
get to sleep.
(Mungkin
kamu hanya dapat memintanya apakah dia akan segera menghentikannya karena saat
ini sudah larut malam dan orang-orang perlu tidur).
Ada
bermacam-macam cara untuk menampilkan tindak penyelamatan wajah. Pada umumnya
diharapkan masing-masing orang akan berusaha untuk menghormati keinginan wajah
orang lain.
v Wajah Positif dan Wajah Negatif
Pada
saat ini kita berusaha untuk menyelamatakan wajah orang lain, kita dapat
memperhatikan keinginan wajah positif atau negatif mereka. Wajah negatif seseorang ialah kebutuhan untuk merdeka, memiliki
kebebasan bertindak, dan tidak tertekan oleh orang lain. Kata ‘negatif’ di sini
tidak berarti ‘jelek’, kata negatif ini hanya merupakan lawan dari ‘positif’. Wajah positif seseorang ialah kebutuhan
untuk dapat diterima, jika mungkin disukai orang lain, diperlakukan sebagai
anggota dari kelompok yang sama dan mengetahui bahwa keinginannya dimiliki
bersama dengan yang lainnya. Istilah sederhananya, wajah negatif ialah
kebutuhan untuk merdeka, sedangkan wajah positif ialah kebutuhan untuk
menghubungi.
Jadi
tindak penyelamatan wajah yang diwujudkan pada wajah negatif seseorang akan
cenderung untuk menunjukkan rasa hormat, menekankan pentingnya minat dan waktu orang lain, dan bahkan
termasuk permintaan maa atas pemaksaan atau penyelaan. Tindakan semacam ini
juga disebut kesopanan negatif. Tindak
penyelamatan wajah yang berkenaan dengan wajah positif seseorang akan cenderung
memperlihatkan rasa kesetia-kawanan, menandaskan bahwa kedua penutur
menginginkan sesuatu yang sama, dan mereka memiliki suatu tujuan bersama.
Tindakan semacam ini juga disebut kesopanan
positif.
v Diri Sendiri dan Orang Lain : Tidak
Berkata Apapun
Salah satu cara untuk melihat relevansi hubungan
antara konsep kesopanan dengan pemakaian bahasa ialah mengambil peristiwa tutur
tunggal dan merencanakan anggapan yang berbeda yang diasosiasikan dengan
kemungkinan ekspresi yang berbeda yang dipakai dalam peristiwa itu.
Contoh :
(26)
Self : (look in bag)
(melihat kedalam tas)
Other : (Offer pen) Here, use this
([Menawarkan pena] pakailah pena ini)
v Mengatakan Sesuatu : Tercatat dan Tidak
Tercatat
Walaupun anda
memutuskan mengatakan sesuatu, sebenarnya anda tidak perlu meminta sesuatu.
(27)
a. Uh, i forgot my pen.
( ah, saya lupa membawa pena)
b. Hmm, i wonder where i put my pen.
(hmm, saya heran, di mana saya
meletakkan pena saya)
Tipe ini dan juga tipe-tipe pernyataan yang sama
lainnya, secara langsung tidak ditunjukkan kepada orang lain. Orang dapat
bertindak seolah-olah pernyataan itu tidak pernah didengar. Secara teknis tipe
ini dideskripsikan sebagai tidak
tercatat (off record).
(28)
a. Give me a pen.
( Berilah aku sebuah pena)
b. Lend me your pen.
(Pinjamkan
penamu kepadaku).
Menyamakan
pendekatan bald on record dengan
semua bentuk-bentuk kalimat perintah langsung. Ini akan menyesatkan, karena
bentuk perintah sering dipakai oleh teman akrab tanpa diartikan sebagai
perintah.
(29)
a. Have some more cake
(Makanlah kuenya lagi)
b. Give me that wet umbrella
(Berikan payung basah itu kepadaku)
Situasi-situasi darurat juga menyebabkan penggunaan
perintah langsung tanpa memerhatikan siapa yang dimaksud
(30)
a. Don’t touch that!
(Jangan sentuh itu!)
b. Get out of here
(keluar dari sini)
v Kesopanan Positif dan Kesopanan
Negatif
(31)
A. How about letting me use your pen?
(Bagaimana jika anda mengijinkan saya
memeakai pena anda?)
B. Hey, buddy, I’d appriciate it if
you’d let me use your pen.
(Hei,
sobat, saya akan menghargainya jika kau mengijinkan saya memakai penamu)
Ungkapan yang tercatat ini benar-benar menggambarkan
suatu resiko yang lebih besar bagi penutur dari penderitaan terhadap penolakan
dan mungkin didahului dengan sedikit basa-basi, seperti
contoh berikut :
(32)
Hi, how’s it going? Okay if i sit here we
must be interested in the same crazy stuff. You take a lot of notes, too, huh?Say,
do me a big favor and let me use one of your pens.
(Hai,
apa yang terjadi? Bolehkah saya duduk disini? Kita pasti tertarik pada bahan
gila yang sama. Kamu banyak menulis juga, hah? Berbuatlah sesuatu yang
menyenangkan aku dan ijinkan aku memakai salah satu penamu).
Tindakan penyelamatan wajah lebih umum disampaikan
dengan strategi kesopanan negatif. Bentuk
paling khusus yang digunakan ialah pertanyaan yang mengandung kata bantu yang berhubungan dengan perasaan
(33)
A. Could you lend me a pen?
(Dapatkah
anda meminjami saya sebuah pena?)
B.
I’m sorry to bother you, but can i ask you for a pen or something?
(Maaf
saya mengganggu anda, bolehkah saya penjam sebuah pena?)
C.
I know you’re busy, but might i ask you if-em-if you happen to have an extra
pen that i could, you know-eh-maybe
borrow?
(Saya
tahu anda sibuk, bolehkah saya bertanya apakah-ehm-apakah anda kebetulan memiliki
pena lain yang- Anda tahu eh- yang dapat saya pinjam?)
Pemilihan jenis ungkapan yang kurang
langsung mungkin kurang jelas dan umumnya lebih panjang, disertai dengan
struktur yang lebih kompleks berarti bahwa penutur sedang menciptkan usaha yang
lebih besar dalam istilah kepedulian terhadap wajah (yaitu kesopanan) daripada
yang dibutuhkan secara sederhana untuk mendapatkan seluruh pesan utama secara
efisien. Bservasi ini terangkum dalam gambar
berikut :
v Strategi
Strategi ini mungkin strategi yang menerapkan
prinsip dalam kelompok secara keseluruhan atau mungkin hanya sebagai suatu
pilihan yang dipakai oleh seorang penutursecara individu pada kejadian tertentu
Contoh :
(11). Come on, let’s go to the
party. Every one will be there. We’ll have fun.
(Marilah
kita pergi ke pesta. Semua orang ada di sana. Kita akan gembira).
Bahasa yang diasosiasikan dengan strategi
penghormatan menekankan kebebasan penutur dan pendengar yang ditandai dengan
kekosongan tuntutan pribadi.
(12). There’s going to be a party,
if you can make it. It will be fun.
(Akan
ada sebuah pesta, jika Anda bisa menghadirinya. Pesta itu menyenangkan).
v Pra-urutan
Salah satu cara menghindari resiko apabila orang
lain ditempatkan dalam suatu posisi yang
menyulitkan yaitu dengan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menghentikan
tindakan yang beesiko tinggi
(13). Her : Are you busy? (= Pre-request)
(Apakah
anda sibuk?) (= Pra-permohonan)
Him
: Not really. (= go
ahead)
(Sebenarnya
tidak) (= teruskan)
Her
: Cek over this memo. (= request)
(Ceklah
memo ini) (= permohonan)
Him
: Okay (=
accept)
(Baiklah) (= menerima)
(14). Him : Are you busy? (= Pre-request)
(Apakah
anda sibuk?) (= Pra-permohonan)
Her
: Oh, sorry. (=
stop)
(Oh,
maaf) (=
penghentian)
(15).
Her : Do you have a spare pen?
(Apakah
anda memiliki pena cadangan?)
Him
: Here. (hands over a pen)
(Ini. [menyerahkan sebuah pena])
(16).
Her : Do you mind if i use your phone?
(Apakah
anda keberatan jika saya memakai telpon anda?)
Him
: Yeah, sure.
(Ya, tentu saja)
(17). Him : What are you doing this
Friday? (= Pre-invitation)
(Apa
yang anda lakukan Jum’at ini?) (=
Pra-undangan)
Her
: Hmm, nothing so far. (=
go ahead)
(Hmm,
sampai kini belum ada rencana.) (=
teruskan)
Him
: Come over for dinner. (= invitation)
(Datanglah
ke pesta makan malam) (= undangan)
Her
: Oh, i’d like that. (= accept)
(Oh,
saya suka itu) (= menerima)
(18). Him : Are you doing anything
later? (= Pre-invitation)
(Apakah
anda akan melakukan sesuatu nanti?) (=
Pra-undangan)
Her
: Oh, yeah. Busy, busy, busy. (= stop)
(Oh
iya. Sibuk, sibuk sibuk.) (= penghentian)
Him
: Oh, okay (= stop)
(Baiklah) (=
penghentian)
(19).
Child : Mom, guess what happened? (= pre-announcement)
(Ma,
coba terka, apa yang terjadi?) (=
pemberitahuan awal)
Mother
: (silent) (diam)
Child:
Mom, you know what? (=
pre-announcement)
(Ma,
mama tahu apa?) (=
pemberitahuan awal)
Mother
: Not right now, Jacy, I’m busy. (=
stop)
(Tidak
sekarang, Jacy, saya sibuk) (=
penghentian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar